Berdasarkan data dari Comparitech, tahun ini Indonesia berada di peringkat 21 kategori keamanan siber terburuk di dunia. Dimana kepala Sub Direktorat Identifikasi Kerentanan dan Penilaian Risiko Infrastruktur Informasi Kritikal Nasional III Badan Siber dan Sandi Negara atau BSSN yakni Sigit Kurniawan mengklaim kondisi keamanan Siber di Indonesia pada 2020 lebih baik dari tahun lalu.
Aspek yang dinilai dalam data itu, kata dia, di antaranya ialah persentase serangan malware pengguna di sektor keuangan, persentase komputer yang terkena malware. Selain itu, persentase serang botnet dari daerah asal, persentase
serangan cryptominers atau sindikat penambang cryptocurrency atau mata
uang digital, kesiapan dari serangan siber, dan kebijakan atau policy. Kondisi keamanan siber di Indonesia juga membaik menurut data dari
ITU mengenai Global Cybersecurity Index yang melakukan penilaian
terhadap 194 negara. Pada 2017 Indonesia menempati posisi 70, dan meningkat pada penilaian
tahun 2018 dengan berada pada posisi 41. Aspek yang dinilai, antara
lain legal, technical, organizational, capacity building dan
cooperation. Meski demikian, data dari pusat operasi keamanan siber nasional BSSN
menunjukkan terjadinya kenaikan serangan siber secara tahun-ke-tahun
dari Januari hingga Agustus.
Baca Juga: Luna Sebuah Platform Cloud Gaming Buatan Amazon
Untuk kasus data breach sepanjang periode Januari hingga Agustus 2020, terdapat 36.771 akun data yang tercuri, di sejumlah sektor, termasuk sektor keuangan. Sementara itu, penetrasi pengguna internet di Indonesia saat ini sebesar 64 persen. Terhadap kondisi siber Indonesia terkait spam dan phishing, pada 2019 Indonesia menempati urutan ketiga dari 20 negara yang paling banyak terkena spam botnet dengan presentasi 5,8 persen dari total. Selanjutnya, dilihat dari peta serangan phishing kuartal kedua 2020, Indonesia mengalami serangan phishing sebesar 7,6 persen dari total penduduk atau berada pada level moderat. Untuk aduan siber pada periode Januari-September 2020, paling banyak terkait konten negatif dengan jumlah 1.048 aduan, diikuti kasus penipuan online sebanyak 649 aduan.
Baca Juga: 2 Hal yang Bikin Jebol Mobile Banking
Hal ini, menurut Sigit, sejalan dengan data ISM bahwa elemen kunci pada
manusia menyumbang 50 persen dibanding elemen proses dan teknologi.
0 Komentar