Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN menjelaskan bahwa matahari buatan bisa melelehkan Bumi jika alami kebocoran. Meski demikian, Kepala Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN, Dhandang Purwadhi menyebut risiko kebocoran itu sangat minim.
Sebelumnya, ilmuwan di China bersama dengan sejumlah peneliti lain dari sejumlah negara, berhasil menyalakan sebuah Matahari buatan dengan memanfaatkan energi nuklir. Energi yang dihasilkan Matahari buatan ini melebihi 15 kali panas inti matahari sesungguhnya.
Baca Juga: Prince of Persia: The Sands of Time Remake Ditunda
Namun Dhandang mengatakan, para peneliti matahari buatan HL-2M Tokamak itu pasti memiliki ukuran penelitian yang bisa dikendalikan. Sebabnya, penelitian menggunakan energi nuklir tidak dilakukan secara sembarangan. Untuk mencapai reaksi fusi, tabung Tokamak dipanaskan dengan suhu sebesar 1 miliar derajat Celcius atau 10 pangkat 9 derajat Celcius. Setelah digunakan menghasilkan energi panas itu, tabung silinder berbentuk donat tersebut perlu didinginkan untuk bisa digunakan kembali.
Untuk menjaga energi tersebut tetap berada dalam wadah, lapisan dalam Tokamak memanfaatkan gaya magnet berupa pertemuan dua kutub positif sehingga menghasilkan energi tolak-menolak. Dengan memanfaatkan gaya magnet, plasma yang sudah tercipta bisa tergantung di tengah tabung yang berbentuk donat tersebut. Sehingga panas dipastikan tidak akan menyentuh tabung dan minim risiko kebocoran.
Baca Juga: Project Athia Akan Eksklusif untuk PS5 dan PC Selama 2 Tahun
Sementara itu, Akademisi Fisika Nuklir Universitas Pertahanan Mutia Meireni menjelaskan, jika terjadi kebocoran dalam reaksi fusi tersebut, dampaknya tidak sebanyak kebocoran dalam reaksi fisi. Proses fusi sendiri menggabungkan unsur ringan sehingga menjadi unsur yang lebih berat. Sementara proses fisi dalam pembentukan energi nuklir memecah atom menjadi beberapa bagian.
Proses yang kedua ini, lebih berbahaya sebab reaksi yang dihasilkan tidak akan pernah berhenti. Sementara reaksi fusi yang digunakan dalam HL-2M Tokamak lebih minim risiko. Sebab, jika terjadi kebocoran, yang keluar adalah unsur ringan. Unsur yang mungkin berbahaya adalah limbah tritium yang digunakan untuk menciptakan plasma panas. Namun tritium memiliki waktu paruh atau waktu peluruhan yang singkat, selama 12,3 tahun. Alasan lain reaktor fusi minim kebocoran, karena ketika proses pengoperasiannya bermasalah, maka alat tersebut akan berhenti. Sementara, pada reaktor fisi proses produksi terus beroperasi. Lapisan dalam Tokamak juga dilapisi oleh material tungsten yang tahan panas hingga 3.422 derajat Celcius. Reaktor fusi juga tidak menghasilkan limbah radioaktif yang berbahaya.
Baca Juga: Christiano Ronaldo hadir sebagai karakter baru di Garena Free Fire ?
Lebih lanjut ia menjelaskan, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian Matahari buatan ini. Menurut Mutia, harga energi bisa lebih terjangkau dan stabil. Energi terbarukan juga ramah lingkungan sehingga tidak perlu bergantung pada energi fosil yang terus menipis.
0 Komentar